Rabu, 18 Agustus 2010

Hamil Anggur (Mola Hidatidosa)

Mola Hidatidosa
Deskripsi
Mola hidatidosa (hamil anggur) adalah kelainan di dalam kehamilan dimana jaringan plasenta (ari-ari) berkembang dan membelah terus menerus dalam jumlah yang berlebihan. Mola dapat mengandung janin (mola parsial) atau tidak terdapat janin di dalamnya (mola komplit). Pada kebanyakan kasus, mola tidak berkembang menjadi keganasan, namun sekitar 2-3 kasus per 1000 wanita, mola dapat berubah menjadi ganas dan disebut koriokarsinoma. Kemungkinan terjadinya mola berulang berkisar 1 dari 1000 wanita.  Kadar hormon yang dihasilkan oleh mola hidatidosa lebih tinggi dari kehamilan biasa.

Dalam kedokteran sebenarnya tidak mengenal istilah Hamil Anggur. Kedokteran menyebut kehamilan abnormal berupa tumor jinak yang terjadi akibat kegagalan pembentukan janin, "bakal janin" ini dengan istilah Mola hidatidosa. Bentuknya memang mirip gerombolan buah anggur, sehingga orang menyebutnya hamil anggur.

Tumor jinak mirip anggur tersebut asalnya dari trofoblas, yakni sel bagian tepi ovum atau sel telur, yang telah dibuahi, yang nantinya melekat di dinding rahim dan menjadi plasenta (tembuni) serta membran yang memberi makan hasil pembuahan.

Hamil anggur atau Mola hidatidosa dapat terjadi karena: 1). Tidak ada buah kehamilan (agenesis) atau ada perubahan (degenerasi) sistem aliran darah terhadap buah kehamilan, pada usia kehamilan minggu ketiga sampai minggu keempat, 2) Aliran (sirkulasi) darah yang terus berlangsung tanpa bakal janin, akibatnya terjadi peningkatan produksi cairan sel trofoblas (bagian tepi sel telur yang telah dibuahi), 3) Kelainan substansi kromosom (kromatin) seks.

Penyebab hamil anggur belum diketahui secara pasti. Tetapi diduga pencetusnya antara lain kekurangan gizi dan gangguan peredaran darah rahim.

Tanda dan Gejala
Tanda dan gejala kehamilan dini didapatkan pada mola hidatidosa. Kecurigaaan biasanya terjadi pada minggu ke 14 - 16 dimana ukuran rahim lebih besar dari kehamilan biasa, pembesaran rahim yang terkadang diikuti perdarahan, dan bercak berwarna merah darah beserta keluarnya materi seperti anggur pada pakaian dalam. Tanda dan gejala serta komplikasi mola :

  1. Mual dan muntah yang parah yang menyebabkan 10% pasien masuk RS.
  2. Pembesaran rahim yang tidak sesuai dengan usia kehamilan (lebih besar).
  3. Gejala – gejala hipertitoidisme seperti intoleransi panas, gugup, penurunan BB yang tidak dapat dijelaskan, tangan gemetar dan berkeringat, kulit lembab.
  4. Gejala – gejala pre-eklampsi seperti pembengkakan pada kaki dan tungkai, peningkatan tekanan darah, proteinuria (terdapat protein pada air seni).

Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan adalah :
  1. Serum ß-hCG untuk memastikan kehamilan dan  pemeriksaan ß-hCG serial (diulang pada interval waktu tertentu)
  2. Ultrasonografi (USG). Melalui pemeriksaan USG kita dapat melihat adakah janin di dalan kantung gestasi (kantung kehamilan) dan kita dapat mendeteksi gerakan maupun detak jantung janin. Apabila semuanya tidak kita temukan di dalam pemeriksaan USG maka kemungkinan kehamilan ini bukanlah kehamilan yang normal
  3. Foto roentgen dada

Klasifikasi
Pembagian mola berdasarkan dengan adanya janin atau tidak

Mola hidatidosa komplit
Villi korion berubah menjadi massa vesikel dengan ukuran bervariasi dari sulit terlihat sehingga diameter beberapa centimeter. Histologinya memiliki karekteristik, yaitu :
  • Terdapat degenerasi hidrofik & pembengkakan stroma villi
  • Tidak ada pembuluh pada villi yang membengkak
  • Proliferasi dari epitel trofoblas dengan bermacam2 ukuran
  • Tidak adanya janin atau amnion

Mola Hidatidosa Parsial
Masih tampak gelembungt yang disertai janin atau bagian dari janin. Umumnya janin masih hidup dalam bulan pertama. Tetapi ada juga yang hidup sampai aterm. Pada pemeriksaan histopatologik tampak di beberapa tempat villi yang edema dengan sel trofoblas yang tidak begitu berproliferasi, sedangkan tempat lain masih banyak yang normal.

Patogenesis
Karakteristik mola adalah adanya konseptus jaringan trofoblastik hiperplastik yang tertanam pada plasenta. Hasil konsepsi ini tidak memiliki inner cell mass.

Jika terjadi gangguan pada saat embryonic inner cell mass yang seharusnya berpotensi untuk berdiferensiasi menjadi lapisan ekto, meso dan endoderm, maka perubahan tersebut gagal dan terjadilah pembentukan trofoblas yang akan berkembang menjadi sitotorofoblas dan sisitiotrofoblas, danmasih mampu untuk membentuk ekstraembrionik mesoderm yang akhirnya akan membentuk vesikel dari mola dengan mesoderm yang longgar pada inti villinya.

Diagnosis
  • Amenore/tidak haid
  • Perdarahan pervaginam
  • Uterus lebih besar dari usia kehamilan
  • Tidak ditemukan tanda kehamilan pasti seperti balotemen dan bunyi jantung janin
  • β-hCG dalam darah atau urin
  • Foto abdomen, biopsi transplasental, sonde uterus diputar, USG

Komplikasi
Bisa disertai preeklampsia pada usia kehamilan yang lebih muda
Tirotoksikosis, prognosis lebih buruk, biasanya meninggal akibat krisis tiroid
Emboli sel trofoblas ke paru
Sering disertai kista lutein, baik unilateral maupun bilateral, kista menghilang jika mola sudah dievakuasi
Mola dengan kista lutein mempunyai resiko 4x lebih besar berdegenerasi

Terapi
Perbaikan keadaan umum
Pengeluaran jaringan mola (Evakuasi)
Profilaksis dengan sitostatika
Pemeriksaan tindak lanjut (Follow up)

Perbaikan keadaan umum
Transfusi darah jika anemia atau syok
Menghilangkan penyulit seperti preeklampsia dan tirotoksikosa

Evakuasi Mola
Kuret hisap (Vakum) : Sambil diberikan uterotonika untuk memperbaiki kontraksi, sedia darah
Histerektomi : cukup umur atau cukup anak, bila ditemukan tanda2 keganasan berupa mola invasif

Profilaksis dengan sitostatika
Kasus mola dengan resiko tinggi akan terjadinya keganasan, atau pada pemeriksaan Patologi Anatomi ditemukan mencurigakan tanda keganasan
Methotrexate atau actinomycin D
Dapat menghindarkan keganasan dengan metastasis, mengurangi koriokarsinoma diuterus sebanyak 3x

Follow up
Dianjurkan untuk tidak hamil 1 tahun
Kondom atau pil KB
Pemeriksaan β-hCG berkala dan radiologi

Prognosis
Kematian akibat perdarahan, infeksi, eklampsia, penyakit jantung atau krisis tiroid
Dinegara berkembang 2,2 % dan 5,7%
Proses keganasan berlangsung antara 7 hari sampai 3 tahun pasca mola, yang paling banyak 6 bulan pertama
Bisa melahirkan normal setelah th/mola

2 komentar: